"Harta yang indah dan minyak ada di kediaman
orang bijak, tetapi
orang yang bebal memboroskannya." Amsal 21:20
orang yang bebal memboroskannya." Amsal 21:20
Ada banyak
keluarga Kristen yang mengalami masalah dalam hal keuangan: terus-menerus
pas-pasan saja atau malah defisit, walaupun sebenarnya pendapatan mereka
relatif besar dan mencukupi. Pertanyaan: ke mana saja uang itu raib? Ternyata
masalahnya adalah ketidakmampuan kita dalam mengelola keuangan kita. Besar atau
kecilnya pendapatan seseorang memerlukan kecermatan dalam mengelolanya, jika
tidak, sewaktu-waktu kita akan mengalami kesulitan keuangan. Ingat! Kemampuan
kita dalam mengelola uang akan menentukan kepercayaan Tuhan kepada kita atas
kekayaanNya. "Karena di mana hartamu berada, di situjuga hatimu
berada." (Matius 6:21).
Seringkali
setelah mengembalikan persepuluhan kita berpikir bahwa urusan kita sudah beres
dan sisa uang yang 90% menjadi milik kita sepenuhnya, lalu kita pun
menghabiskannya tanpa perhitungan. Sesungguhnya, uang yang kita miliki itu
sepenuhnya milik Tuhan, sedangkan kita ini hanyalah bendaharaNya saja,
dipercaya untuk mengelola. Ketidakmengertian inilah yang akhirnya mendorong
orang Kristen menjalani hidup boros, tidak bisa mengatur keuangannya dengan
baik. Alkitab menyatakan, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara ked.1, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.
Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak
benarjuga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal
Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang
sesungguhnya?" (Lukas 16:10-11).
Yang
penting bukan seberapa banyak uang yang kita miliki atau seberapa besar penghasilan kita, tetapi seberapa
bijak kita mengendalikan pengeluaran. Inilah tandanya orang Kristen
tidak dapat mengelola uangnya dengan baik, yaitu bergaya hidup konsumtif. Ia
selalu 'lapar' mata sehingga tidak dapat mengendalikan diri untuk membelanjakan
uangnya; apalagi kalau sudah berada di mal, tanpa pertimbangan matang membeli
apa saja yang diinginkan hanya untuk memberi kesan 'wah' atau agar dipandang
orang lain hebat; inilah gaya hidup 'borju' (borjuis, berlagak kaya)
sehingga berpikiran lebih tinggi daripada yang patut dipikirkannya.
Tidak
ingin disebut orang bebal? Atur keuangan dengan baik dan jangan boros!
0 komentar:
Posting Komentar